SIARAN PERS
Nomor : 51/PDSI/HM.310/V/2014/WCRC
LAUTAN INDONESIA MAMPU SERAP KARBON 138 JUTA TON
Emisi
gas rumah kaca termasuk karbon dioksida (CO2) yang berasal dari
aktivitas manusia telah merubah iklim dunia, dan upaya untuk
menguranginya menjadi topik utama berbagai diskusi tentang perubahan
iklim global saat ini. Baru baru ini, para ilmuwan menemukan fungsi
penting dari ekosistem pesisir dan laut tropis sebagai penyerapan dan
penyimpanan karbon, yang dikenal dengan karbon biru (Blue Carbon).
Ekosistem pesisir dan lautan Indonesia memiliki kontribusi yang sangat
besar dalam penyerapan karbon, diperkirakan hingga 138 Juta ton/tahun.
Sehingga penyediaan data dan informasi ilmiah yang akurat dan relevan
sangat diperlukan agar peran penting ekosistem laut dan pesisir di
Indonesia tidak lagi terabaikan. Demikian disampaikan Menteri Kelautan
dan Perikanan Sharif C. Sutardjo dalam sambutannya pada pembukaan International Blue Carbon Symposium (IBCS) di Manado, Kamis (15/5).
Menurut
Sharif, Indonesia sebagai Negara kepulauan, terletak di sepanjang garis
khatulistiwa pada “jantung” yang disebut Segitiga Karang. Karakteristik
geografisnya menyebabkan iklim hangat di seluruh negeri dan telah
membuat lingkungan laut dan pesisir Indonesia menjadi habitat yang cocok
untuk pertumbuhan mangrove dan padang lamun. “Bahkan, Indonesia
memiliki ekosistem mangrove 3,1 juta hektar atau 23 % dari mangrove
dunia dan padang lamun terbesar di dunia, yaitu 30 juta hektar. Hal ini
dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi dampak
perubahan iklim tidak hanya untuk ekosistem pesisir dan laut tetapi juga
untuk lingkunganterestrial/daratan”, ujar Sharif.
Sedangkan di area Coral Triangle,
ekosistem ini mencakup 52% dari distribusi global. Dengan demikian,
potensi ekosistem perlu dikelola, dimanfaatkan dan dipertahankan
keberlanjutannya sehingga ekosistem ini diharapkan dapat mengurangi 25%
emisi karbon secara global dan juga memberikan manfaat langsung pada
masyarakat nelayan melalui kelestarian lingkungan sumberdaya ikan.
Sharif
menjelaskan, analisis global yang pertama diterbitkan tentang karbon
yang tersimpan di padang lamun melaporkan bahwa ekosistem lamun dapat
menyimpan hingga 830 ton karbon per meter kubik per hektar, terutama di
sedimen di bawah padang lamun. Demikian pula, ekosistem mangrove telah
dikenal memiliki produktivitas yang tinggi dalam siklus karbon.
Ekosistem ini dapat menyimpan sejumlah besar karbon dalam sedimen
organik yang dalam, dan menyimpan lima kali lebih banyak karbon.
Sebagaimana yang telah diamati pada iklim, jika dibandingkan kemampuan
penyimpanan hutan hujan tropis. “Jumlah penyimpanan karbon yang tinggi
ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove dapat memainkan peranan penting
dalam mitigasi perubahan iklim. Kita dapat membayangkan berapa banyak
karbon yang tersimpan dalam kedua ekosistem ini”, ucap Sharif.
Dengan
alasan di atas maka pada tahun 2010 dicanangkan program kerjasama
karbon biru antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan United Nations Environment Programme (UNEP). Sejak itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang
KP) mulai melakukan penelitian karbon biru secara menyeluruh terkait
peranan ekosistem pesisir dan laut dalam mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim. Pemahaman ilmiah tentang peran ekosistem karbon biru ini sangat
diperlukan untuk mendapatkan manfaat optimal dari upaya pengelolaan
ekosistem pesisir dan laut Indonesia.
IBCS merupakan hasil komunikasi para pakar melalui Forum Blue Carbon
Indonesia yang diselenggarakan dua tahun sekali sejak 2011. Symposium
ini dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan merupakan bagian
acara World Coral Reef Conference 2014, yang diselenggarakan
Balitbang KP bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Kehadiran para pakar dan peserta internasional diantaranya dari
Australia, Jepang, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, Thailand,
Vietnam, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Inggris, Mauritius, USA serta UNEP
dan NGO menunjukkan perhatian serius dunia internasional mengenai isu
karbon biru.
Indonesia
sebagai negara kepulauan harus siap mengambil peran aktif dalam forum
regional dan internasional untuk mempromosikan peran ekosistem pesisir
dan laut dalam upaya mengurangi emisi karbon. Peran aktif ini dapat
diwujudkan melalui pembentukan Blue Carbon Center sebagai pusat pengembangan kepakaran, teknologi dan ilmu pengetahuan mengenai karbon biru.
Manado, 15 Mei 2014
Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi
selaku Sekretaris Bidang Media WCRC
Anang Noegroho
Narasumber :
1. Dr.Ir. Achmad Poernomo, M.App.Sc
Plt. Kepala Badan Litbang KP
2. Anang Noegroho
Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi
Pusat Data Statistik dan Informasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Gedung Mina Bahari I lantai 3A
JL. Medan Merdeka Timur No.16
Jakarta Pusat 10110
Telp. (021) 3519070 ext. 7440
Fax. (021) 3519133 Sumber Link : http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10623/LAUTAN-INDONESIA-MAMPU-SERAP-KARBON-138-JUTA-TON/?category_id=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar